Sabtu, 08 November 2014

Syair cinta

Ladang Kering Tak Bermusim

Sinar terang pun redup,
selimut awan mengatup,
samar rasa kian meletup,
tak sanggup kumenahan degup

Deras mengalirkan darahku,
mendidih sagakan parasku,
tak terbendung

Kecewa, kecewanya aku
hilangkan nalar kuberfikir
Kecewa, betapa kecewanya aku
punah segala asa di jiwa

Kering tak berhumus,
ladang kering tak bermusim,
benih kusangka angin akan membelai,
musnah tak tumbuh.





{ Sampai nanti }

Ku lihat lagi cahaya yg sama
Masih ada harapan walau menanti
Sampai nanti ku tetap setia
Hati ini terikat cerita yg dalam

Walau restu itu tak ada
Selama masih ada sebuah harapan
Sampai nanti pun ku berusaha
Memberikan keyakinan pada orang tuamu

Ku bisa menjagamu sebaik beliau menjaganya
Memberikan kasih dan sayang
Hangatnya keluarganya yg akan dibinah
Walau menanti ku terus menujunya

Mengetuk relung hati untuk restu
Yang akan memudah sebuah perjalanan
Untuk kita hidup berdua selamanya
Dalam janji suci pernikahan




"Bahtera Cinta"


Tak berubah rasa cintaku padamu..
Walau langit pun tertutup..
Tak pudar rasa sayangku untukmu..
Walau matahari berhenti bersinar..

Ku tetap mencintaimu lahir dan batinku..
Menjadikan dirimu kekasih terindah..
Kekasih dunia dan akhirat..
Karena engkau anugrah dalam hidupku..

Yg akan slalu ku jaga dan ku sayangi..
Untuk menggapai bahtera cinta yg abadi..
Di atas cinta suci Sang Kuasa..
Kaulah separuh nafas dalam tubuhku..

Puisi cinta

Gerimis Senja

Gerimis jatuh di senja,
genangi ruang batin,
rintikkan waktu berlalu,
bulirkan kecemasan

Petir pecah di langit,
ketakutan tak terperi,
masihkah air mengalir,
sungai muarakan bening

Peluk aku dalam tangis,
tak ingin jiwa terlambat,
bantu terik meneduh,
sejuk bara keinginan

Muram ujung senja nan lusuh,
bejanakan gerimis,
pembasuh noda melekat,
di abadi kian mendekap.

~ Padang, 08 November 2014




{ Bukan Aku }

Di seberang jalan ku hanya meLihat
Kejauhan hati yg memendam rasa
Namun bukanlah aku yg bicara
Hati ini tak sampai menerangkannya

Cahaya yg ada padamu terus terpancar
Namun sedikit ku berdoa
Lihatlah aku di ujung jalan
Berharap cemas untuk kau temui

Dan hari yg bergulir ditempat yg sama
Ku sadarilah bukanlah aku yg terlihat
Hanyalah ilusi ku yg terlalu mendamba
Hingga ku lupakan sosok lainnya

Dibelakang ku yg melambaikan tangannya
Dan ku tersipu malu menyadarinya
Bukan aku bukan aku yg kau tatap
Orang yg lain yg sama terangnya denganmu